Harus kita sikapi dengan serius dalam menghadapi AFTA 2015 bagi peternak kecil, dimana peternak kecil yang tidak bisa mengikuti perkembangan zaman akan cepat tergerus oleh perubahan zaman. Perkembangan teknologi yang semakin canggih, perubahan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa dan tingkat modernisasi negara-negara lain yang menggerus perubahan budaya indonesia yang semakin besar dengan adanya AFTA. Contohnya adalah narkoba yang sekarang mulai merambah di desa bukan lagi diperkotaan saja.
AFTA 2015 ini akan membawa perubahan yang sangat cepat terhadap perubahan budaya indonesia, akan menghilangkan kultur budaya bangsa kita. dimana akan membawa budaya yang lebih kapitalis. Contoh bisa kita lihat sekarang ini, semua masyarakat di ukur dengan uang karena biaya hidup yang semakin mahal. Tidak ada rasa tolong menolong, toleransi, kekeluargaan dan gotong royong. Bahkan yang menyedihkan elit politik kita yang tidak ada yang dijadikan suri teladan bagi masyarakat kecil sebagai contoh yang baik.
Sekarang ini bisa kita lihat di negara china, banyak produk-produk dari tirai bambu yang masuk ke negara kita, bahkan negara indiapun sudah mulai melirik pasar indonesia. Banyak investor asing (PMA) yang besar-besaran menginvestasikan di industri peternakan, dimana membawa perubahan cara budidaya peternakan ayam yang semakin canggih contoh close house dan kapasitas/populasi yang sangat besar. Ini merupakan ancaman terbesar bagi peternak kecil atau kita sebut peternak rakyat, yang kapasitas populasi kecil. Bagaimana ini merupakan ancaman terbesar bagi rakyat kecil bila tidak mempersiapkan pertarungan yang sangat besar di berbagai strategi diantaranyta adalah strategi pemasaran, budidaya dan efesiensi biaya produksi serta perubahan lingkungan/cuaca. Karena dengan adanya peternak besar, ini akan membawa perubahan yang begitu besar adanya kapitalis-kapitalis besar yang menguasai dunia peternakan. Misalnya persaingan efesiensi biaya produksi, pemasaran, kualitas dan kuantitas produksi, harga bahan baku dan perubahan cuaca.
Peternak rakyat yang gagap teknologi, modal kecil dan tidak efesiensi produksi dan tidak efesiensi biaya pengeluaran akan tertinggal bahkan bangkrut karena tidak bisa menghadapi persaingan pasar bebas. Salah satu yang saya soroti misalnya posisi peternak kecil kalah dalam segi efesiensi produksi/budidayanya, jumlah produksinya. Sebagai contoh kalau saja peternak besar menjual produknya ke pasar becek/tradisional maka kehancuran bagi peternak kecil, ini akan menimbulkan harga pasaran rendah sedangkan biaya BEP peternak rakyat yang tidak efesiensi, ini akan membawa kerugian bagi peternak kecil yang tidak memperhatikan perubahan, tantangan dari setiap perkembangan zaman. Bagaimana kita menyikapinya? Apakah solusinya kita harus melakukan kemitraan dengan peternak besar, dimana semua sapronak dan harga jual sudah ditentukan dan ini sebenarnya kapitalis juga yang ingin memperkaya dan memperbesar usahanya yang semakin di monopoli. Peternak kecil sangat sulit untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Bersambung....
By. Sabto Agung Kurniawan